Walau semerbak menggoda membusung dada
Karena seharusnya aku menjaganya dalam wibawa
Tapi kelancangan diri telah menghisap harum madunya
Dahulu keangkuhanku menentang congkak dunia tanpa beban
Dengan melafaz dari maaf yang tiada termaafkan
Tapi kini dilema berada dalam pelukan bersit kedaifan
Hingga sadarkan aku akan tawaran maaf yang tiada termaafkan
Beribu maaf walau harus ditebusi dengan rejam
Karena tiada berpantas hati memetik bunga larangan
Hingga kini aromanya kian gelitik siksa hati tak terbantahkan
Membuat aku lupakan malam yang bersemu dalam temaram
Lelahku menelusuri sepi
Mungkin takdir yang memeliharaku dalam tawanan
Hingga tak biarkan aku nikmati madu cinta dalam cawan
Dan tak mampu melerai aku dalam sunyi
Maafkan aku pemilik taman yang bijaksana
Karena lakuku adalah buah dusta dalam dosa
Dan maafkan aku bunga larangan
Karena engkau adalah pantangan
Tidak seharusnya aku bertamu
Hingga ternoda noktah dengan sembilu
Dari sudut yang tertunduk haru
Maaf dariku dalam sematan malu

Tidak ada komentar:
Posting Komentar