Hari ini adalah hari Selasa, tepat dimana hari yang paling aku benci, sebab hari tersebut adalah hari yang selalu dipenuhi dengan berbagai kesialan bagi diriku, terutama di sekolah.
Aku memakai motor kesekolah dan setibanya di sekolah seperti biasa aku selalu terlambat, ketika itu aku pun berlari menuju kelas yang terletak agak jauh dari tempat parkiran. Setibanya di kelas, aku diusir keluar oleh guru yang mengajar karena terlambat serta tidak membawa izin masuk dari piket, lalu aku pun meminta sebuah lembar kertas yang berisikan tanda tangan serta izin masuk, meskipun sudah seperti biasanya hari-hari yang telah aku lalui.
Setelah itu aku pun masuk ke dalam kelas, dan seperti biasanya juga, semua bangku telah terisi punuh hingga akhirnya aku duduk di meja yang terletak didepan guru, meskipun aku tak pernah menyukai hal tersebut.
Ketika itu guru sedang menerangkan pelajaran didepan, karena terasa mengantuk sekali aku pun tertidur, tiba-tiba sebuah penghapus papan tulis melayang dan mendarat tepat dikepalaku.
Aku pun terkejut dan tanpa sadar mengatakan, "Aduh... Sakit..."
Suara yang menggelegar pun terdengar dari depan, "Eehhhh kamu..... Jika kamu ingin tidur jangan disini, atau kamu keluar saja".
Suara tersebut terdengar dengan diikuti suara tawa dalam jumlah yang banyak yang dapat membunuh jiwaku.
Kemudian aku hanya dapat menjawab dengan wajah yang lugu, "Maaf bu, saya tak akan mengulanginya lagi".
Aku pun baru sadar bahwa hari ini adalah hari kesialanku yang bertubi-tubi.usai pelajaran pertama, perutku terasa sangat lapar dan ingin rasanya pergi keluar untuk makan di kantin.
Tapi karena hari ini aku pun mengurungkan niatku dan menunggu bel istirahat berbunyi, di lokalku selalu diam tanpa kata dan memegang sebuah pulpen serta mencatat semua tulisa-tulisan yang ada dipapan tulis.
Selain itu aku hanya ingin diam dan duduk dengan tenang, karena jika aku melakukan aktifitas lain, pasti selalu saja ada kesialan yang menimpaku, terlebih jika ada teman-teman yang menjahiliku, aku tak bisa apa-apa selain menerimanya "alias lemah dan payah, alias pecundang", itulah kata hatiku.
Bel istirahat pun berbunyi, aku pun keluar dan pergi memakai motor mencari kantin yang jauh dari sekolah tanpa ada teman disampingku.
Setelah itu kembali ke sekolah dan seperti biasa terlambat masuk lagi hingga akhirnya aku harus ke depan meja guru untuk meminta absen kehadiran dengan satu alasan.
Lalu aku pun duduk kembali kemejaku mengikuti pelajaran mencatat dan sedikit melamun untuk menghilangkan beban pikiran dalam khayalan serta berjuta harapan yang tak pasti.
Setelah semua berlalu bel pulang pun akhirnya berbunyi juga, dalam hatiku berkata, "Akhirnya hari ini bisa terlewatkan juga".
Hari esok dan seterusnya hanyalah seperti biasanya,hanya saja tidak begitu dipenuhi kesialan lagi, ketika malam aku mulai tidur, aku selalu berkata dalam hati, "Aku harap hari esok lebih baik dari pada hari aku yang sebelumnya".
Hari ini adalah hari sabtu, adalah hari yang paling aku sukai karena terkadang kebahagiaan menghampiriku, tapi entah apa, rasanya ada yang kurang bagiku tapi ya sudahlah. Namun, ketika dipelajaran yang ketiga, aku melihat tanggal dan bulan, ternyata aku baru sadar bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-17.
Aku tak berharap apa-apa, selain hanya ingin hari-hariku dapat aku jalani dengan baik tanpa ada beban yang menghampiri.
Sepulang sekolah terlihat keramaian ditepi jalan, namun aku tak menghiraukannya bahwa pada saat itu seorang gadis cantik jelita telah tertabrak sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Gadis tersebut terlihat amat pucat dengan darah disekujur tubuh serta badan yang kaku dan kejang-kejang.
Terlintas dibenakku ingin menoleh kebelakang, ketika itu aku melihat seorang gadis diantara khalayak ramai yang sedang menangis, aku terus melihatnya dan melihatnya sampai ia pun melihatku, aku pun tersenyum untuknya sambil berkata dalam hati, "Jangan menangis lagi karena aku ingin membantumu!!!"
Aku pun terkejut melihat gadis tersebut menghilang dengan tiba-tiba, hingga akhirnya aku terjatuh dari motor serta kepalaku membentur sebuah batu.
Dengan tak sadarkan diri...
Ditempat yang sesunyi ini...
Mana ada yang bisa menolongku, aku merasakan ada sesuatu yang mengalir dikepalaku beserta suara rintikan hujan yang deras, entah itu darah yang mengalir atau hanya air.
Ketika itu aku tak bisa mengingat apapun...
Pada bulan yang sama, entah itu telah berlalu atau yang akan datang, aku sedang pergi menuju suatu tempat memakai motor dan aku pun melihat seorang gadis yang begitu cantik sedang kesusahan karena kaca matanya terjatuh dan pecah.
Rasanya aku ingin membantunya mengambilkan kaca mata tersebut, lalu aku berhenti dan kemudian mengambilkan kaca matanya serta memberikannya. Namun, sayangnya kaca mata tersebut telah rusak tapi ia masih tersenyum kepadaku serta mengucapkan terima kasih.
Ketika itu aku tak tahu apakah ia berkata atau hanya perasaanku saja, bahwa ada yang mengatakan, "Ternyata kau sudah menepati janjimu padaku", aku pastikan hari ini, esok dan seterusnya akan baik untukmu...
Ia pun mulai pergi meninggalkanku, lalu aku memanggilnya dan menanyakan namanya serta bertanya bolehkah aku menjadi temannya atau bahkan sahabatnya.
Ia hanya mengatakan satu kata yaitu namanya Sherly, kemudian ia tersenyum manis kepadaku. Namun sejak saat itu aku tak pernah melihatnya lagi.
Kemudian di bulan yang sama, pada hari yang sama juga dan bertepatan dengan tanggal kelahiranku, akhirnya aku melihatnya kembali, entah apa, aku merasakan hal yang kosong namun aku merasa senang telah melihatnya.
Ketika kudekati, ia terlihat sedih dan merenung, serta wajah yang dipenuhi oleh sejuta kebingungan, lalu aku bertanya, "Ada masalah apa? Mungkin kamu bisa mebaginya denganku atau mungkin aku bisa membantumu".
Kami pun saling berbagi cerita suka atau pun duka yang kami hadapi, tak ada hal yang terahasiakan diantara kami berdua.
Tak terasa hari pun mulai senja, namun kami masih saja tetap bercerita, dalam hatiku selalu bertanya kepadanya, "Ttahukah kau bahwa bahwa ceritaku tak kan pernah habis denganmu" hingga akhirnya aku pun mengakhiri cerita dibawah pohon yang sendu tersebut.
Namun, sebelum aku pergi, aku memintanya untuk berjanji, ia pun berkata :janji apa yang kau inginkan dariku,.sambil berkata hanya satu janji saja.
Kemudian aku menjawab, "Kau harus berjanji bahwa kau takkan pernah meneteskan air mata lagi serta harus memberitahukanku ketika kau akan pergi dari kehidupanku ini".
Ia tak mengatakan apa pun, ia hanya tersenyum kepadaku tapi aku percaya kepadanya. Kemudian ia menggenggam tanganku dan mengatakan, "Kau harus bersumpah kepadaku, ketika mimpi ini berakhir kau harus melupakanku".
Aku hanya diam dan tak mengerti apa yang ia katakan.lalu aku pulang kerumah. Saat itu aku merasakan ada hal yang aneh yang membuatku tak menghiraukan hal tersebut,.bahwa disisi lain taman yang tadinya tempat kami berdua bersama, telah berubah menjadi semak belukar yang lebat.
Aku tak pernah tahu apa yang ia pikirkan, tapi sungguh begitu aneh karena ia selalu dapat mengetahui apa yang aku inginkan dan aku harapkan.
Setiap hari kami selalu bersama, disebuah taman yang indah dibawah pohon yang begitu sendu.
Namun, sejak saat itu juga semua telah berubah...
Hari-hariku disekolah menjadi begitu tenang, tak ada kesialan, tak ada teman yang mengganggu, serta tak ada waktu untuk menyesal.
Aku selalu menghitung hari, sejak aku mulai mengenalnya hngga kini. Aku masih tetap bersama dengannya, jika dipikir sudah ada 7 bulan 8 hari.
Mungkin saja aku telah menyukainya, tapi aku tak pernah membahas hal itu dengannya, entah itu karena aku takut jatuh cinta kepadanya atau mungkin karena aku takut suatu saat nanti melukai hatinya.
Suatu sore yang begitu mendung, kami selalu membicarakan hal-hal yang membuat ketertawaan diantara kami berdua,.tapi saat itu aku lihat wajahnya begitu pucat serta bola matanya seakan mulai memutih.
Lalu aku menanyakannya, namun tetap saja ia menjawab, "Aku tak apa-apa, mungkin karena terlalu bahagia denganmu" ketika itu aku hanya tersenyum kepadanya.
Hingga suatu malam yang sangat dingin sampai menusuk ke tulang, aku melihatnya sendirian dibawah pohon tempat kami bersama, hanya saja tempat tersebut begitu semak belukar dari yang pernah aku datangi sebelumnya. Lalu aku memanggilnya,.ia tak menjawab hanya menangis sambil menedahkan wajah kepangkuan tangannya.
Kemudian aku mendekatinya, namun ia katakan, "Jangan dekati aku serta berkata dengan nada yang rendah mungkin inilah waktunya kau akan meninggalkanku dan mugkin inilah saatnya aku menghilang dari kehidupanmu untuk selamanya".
Aku pun menjawab, "Aku tak kan pernah meniggalkanmu, sampai aku telah tiada lagi disini serta aku pun takkan mengizinkanmu untuk pergi meninggalkanku".
Karena aku sadar telah mencintaimu, ia pun menjawab, "Apa itu cinta bagimu???"
Lantas ku jawab, "Bagiku cinta adalah bisa selalu bersama denganmu tanpa melukai perasaanmu".
Ia berkata lagi, "Apa kamu akan tetap mencintai orang yang telah pergi meninggalkanmu?".
Aku jawab, "Jika kau pergi meninggalkanku, maka cintaku akan semakin bertambah dalam untukmu. Rinduku akan selalu menanyakan kabarmu tentangku, pikiranku akan selalu menuju kepadamu.bahkan hatiku, telah aku bagikan separuh untuk hidupmu".
Setelah mendengar perkataanku, ia mulai menegakkan kepalanya sambil menatapku dengan tatapan yang menyedihkan, aku terkejut ketika itu aku melihat wajahnya begitu pucat serta dihiasi darah yang mengalir, tapi tetap aku sanggupkan tersenyum untuknya.
Setelah itu semuanya menghilang dan kelam, ingatanku hilang akan semua yang pernah terjadi, kecuali tentangnya.
...hingga mataku pun terbuka, aku melihat hujan yang jatuh dari langit serta membasahi bola mataku...
Dan terdengar pula suara mobil ambulan menuju kearahku,.dan membawaku ke suatu tempat yang dipenuhi keramaian, lalu tiba seorang dokter yang memasuki ruang UGD yang berisikan 2 pasien yang sekarat.
Termasuk diriku,.sedangkan satu pasien lagi membutuhkan donor jantung yang tak mungkin ada. Lalu aku mencoba menolehkan kepalaku untuk melihat pasien tersebut,.dan ternyata pasien itu adalah seorang gadis yang aku cintai yang tak mungkin bisa aku miliki untuk saat ini.
Setelah itu, aku menghembuskan nafas terakhirku dengan setetes air mata yang mengalir. Hingga akhirnya dokter tersebut mengangkat jantungku dan mendonorkannya kepada gadis tersebut seperti apa yang aku inginkan.
Ingatanku kembali pada awal aku melihatnya dan berkata, "Aku kan membantumu".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar