Rabu, 20 November 2013

Rumah Tanggaku Hancur Karena BB Dan FB

Namaku Lely. Berjilbab. Ibu rumah tangga dengan satu anak. Umur 26 tahun tapi banyak yang bilang aku masih seperti gadis.

Disela-sela kesibukanku bekerja di konveksi, aku coba buka BB baru pemberian suamiku. Tak lupa aku coba buka akun facebook-ku. Kangen rasanya seru-seruan dengan teman-teman SMA dulu. Dari FB, aku mengenal laki-laki. Pemuda yang sukses dengan perdagangan dan pendidikannya.

Awalnya kami cuma saling like status lama-kelamaan beralih saling berkirim pesan. Dalam pesan-pesan yang singkat kami pun saling rinci keadaan. Meski dia tahu aku istri dan ibu dari anak 4 tahun, dia tetap manis menanggapinya.

Dari situ, kami teruskan kirim pesan dengan saling berikan pin BB. Kirim foto dan berujung pada janjian adakan pertemuan. Aku benar-benar khilaf dan terbuai suasana. 

Dia memang lebih ganteng dari suamiku dan tak segan-segan memberikan sepatu, seragam sekolah, seragam olah raga dan tas mahal untuk anakku. Bayangkan untuk membeli barang tsb dia rela merogoh ATM-nya. Aku begitu terharu.

Itulah awal pertemuanku. Hari berikut koment-komentnya mulai sedikit genit dan nakal. Dan anehnya, aku makin terhibur dengan inbok-inbok nakalnya. Mulailah setan merayapiku. Aku tak segan-segan memberi foto telanjang dada permintaannya.

Malam-malam yang ada penuh bunga-bunga bangkai bertebaran. Invite BB, FB dan mention twitter begitu berani, vulgar dan menantang birahi. Aku tidak menyangka, meski sudah beranak satu tapi masih ada perjaka yang menyukai. Belum lagi, profilnya dia merupakan mahasiswa dari salah satu perguruan tinggi di Jogjakarta.

Minggu itu pada pertemuan kedua, kami sudah langsung chek in hotel di kotaku Jakarta. Sebulan dia di Jakarta membuat kami sering adakan pertemuan hingga sampai pertemuan ke delapan.
Lalu 3 bulan berlalu, aku mulai hamil. Aku merasa biasa saja. Tapi kedua orang tuaku bingung dan mempermasalahkan. Pasalnya, sudah setahun suamiku kerja di Pengeboran Lepas Pantai luar Jawa dan sudah barang tentu tidak pernah setahun ini menyentuhku.

Aku tetap bilang pada mereka, bahwa ini adalah janin suamiku, tapi kedua orang tuaku tetap menuduhku melakukan serong. Akhirnya, suamiku pun dituntut pulang. Tanpa basa-basi, suamiku pun cek BB dan FB-ku. Aku demikian bingung dan panik. Masih ada pesan-pesan nakal disitu. Aku menangis sejadi-jadinya. Menyembah-nyembah, bertekuk lutut dihadapan suami dan kedua orang tua kandungku.

“Menantuku, cepat ceraikan dia, biarlah aku kehilangan anak gadis dari pada kehilangan menantu dan cucu sebaik kamu”, kata ibuku.
“Dan kamu..!”, ibu menudingku dengan mata berair. “Pergilah kemana kau mau, sekarang juga. Dan jangan pernah kau tampakkan wajah menjijikkanmu dihadapanku dan keluargaku”.
Aku keluar rumah dengan tangisan anakku, bahkan untuk memeluk pun aku tidak diizinkan. Aku coba minta pertanggungjawaban dari lelaki itu, namun BB dan FB-nya sudah tidak aktif lagi. Aku beranikan diri datang ke Jogja kampus dimana dia kuliah. KABAG Kemahasiswaan, ternyata tak menemukan nama yang aku maksud.
Aku tunjukkan foto wajahnya, dan ternyata tiada ditemui wajah yang seperti itu. Aku menangis sejadi-jadinya. Kandunganku sudah hampir 6 bulan. Uang sangu pun menipis. Tak tahu kemana arah diuntung. Tak tahu Kemana nasib akan menuntun. BB dan FB benar-benar memporak porandakan rumah tanggaku.

Renungan :
Ibu-ibu, bapak-bapak dan sahabat yang baik, gunakan BB dan FB sesuai kebutuhan dan kemanfaatan, bila tidak ada manfaaatnya demi keutuhan dan kebahagiaan rumah tangga anda, maka tinggalkan FB, chating dan invite BB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar