Duduklah sejenak disampingku sementara senja
Aku tahu tanya dalam tanya itu membuatmu jenuh
Dan akhirnya engkau pun bertanya pada pertapa yang salah
Karena ilmuku tidaklah setinggi langit dan sedalam laut
Tapi aku hanya debu yang hanya bertebaran diantara kasut
Tanyamu sudah dari tadi aku perhatikan
Karena tergambar dari kerut keningmu dan jejak yang mengembara
Dan apa sebenarnya tanya dibalik benak yang berdetak manja
Hingga engkau tersedak semu dan akhirnya berlalu seakan tanpa akhiran
Perhatikanlah sekitarmu...
Apakah pertanyaanmu sama seperti mereka ?
Coba engkau perhatikan dengan seksama
Lentera kecil di bawah kaki gunung itu
Ada pangeran yang sibuk dengan titahnya
Agar rakyat jadi sejahtera dan negeri madani tanpa kerontang
Ada bidadari yang menebarkan impian kala malam menjelang
Dan ada anak manusia yang menyulam asa untuk wujud nyata
Tapi lihatlah juga disisi lainnya
Daun senja mulai berguguran belantara mulai tak perawan lagi
Menjadikan hening yang tenggelam pada kabut malam selimut sepi
Karena sabda bumi sudah gerah dengan serakahnya manusia
Wahai pengembara...
Apakah sudah terjawab tanya dalam tanyamu ?
Atau malah masih sibuk dengan alasan atau pembenaran ?
Hingga akan menjadikan yang benar menjadi salah atau sebaliknya
Coba ibaratkan dirimu sebagai ranting sepi
Apa yang akan engkau lakukan dari bisikan nurani
Jika dirimu adalah penjelajah sunyi
Apa yang terbersit dalam hatimu sebagai bentuk abdi
Tanya dalam tanya...
Adalah hakekat diri dari hidup sampai mati
Dimana namamu akan dihembuskan dari tingkah lakumu
Dan jangan sampai ketika engkau sadar semua sudah terlambat
Karena jarak tempuh yang paling jauh adalah masa lalu
Yang walau sekeras apapun usaha pengembara itu
Maka tidak akan mampu untuk mengulanginya walau sesal tersemat
Pengembara yang baik
Waktuku telah usai dan bersikaplah sedikit bijak
Dalam memanfaatkan waktumu yang masih tersedia
Aku pamit dan mungkin kita tidak lagi akan berjumpa
Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150145239505711
Tidak ada komentar:
Posting Komentar