Gelak tawa dalang yang membahana dari mulut yang berbisa
Hingga perut buncit terbungkus sutera jadi ikut berdendang
Bergema pada seluruh ruang yang bertata keramik tanpa bayang
Dan beralaskan lantai permadani kelas satu kecundang
Hu... Hu... Hu...
Rintih wayang yang tergelar dalam kelaparan kesendirian
Dengan baju lusuhnya sambil mengelus perut kerempeng merana
Terbaring pada lantai kerikil dengan selimut debu jalanan
Menangis lirih tanpa air mata walau cuma untuk pelepas dahaga
Para dalang yang sungguh piawai dalam bermain kata
Tapi kenapa malah wayang dipermainkan dan menjadi kalah
Suara sang dalang janjikan madu yang teramat manis walau terludah
Tapi wayang malah mendapat racun perlahan namun menikam derita
Mengapa tak ada sentuhan cinta pada permainan itu ?
Dan mengapa yang dinilai itu hanya dari yang cuma hanya dilihat ?
Apakah nurani telah lama mati dalam jasad sebelum liang lahat ?
Atau hati terlalu hati-hati citrakan diri hingga ciptakan ratap biru ?
Dalang dan wayang hanyalah boneka atas pentas
Tapi mengapa hanya bisa saling menipu atas nama formalitas ?
Fatwa yang berlafaz sentuhan religi dan atas nama hak kewajiban
Dikangkangi hanya sebagai tameng untuk pembenaran...
Apakah cuma itu hakekat semua diciptakan ???
S.T.O.P.
Berhentilah para dalang permainkan nasib wayang
Dan wayang berusahalah jangan menyerah dan jadi binatang
Bersama benahi pentas pertunjukan ke arah yang lebih baik
Dan saling menghormati terhadap sesama dalam santun berbijak
Maka pentas madani akan tercipta tanpa harus ada ratap
Amin....
Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=499737865710
Tidak ada komentar:
Posting Komentar