Kamis, 22 Desember 2011

Tepi Zaman

Dahulu ku selalu duduk dipelataran senja pesisir
Hening memelukku damai dalam pasungan anasir
Hembusan semilir membelai lembut diriku resapkan dahaga jiwa
Burung pun iri pada bibir pantai yang lembut mengecup senja

Tapi...
Sayangnya kini laut ku kini tak jernih lagi
Rimba yang terjamah sudah diperawani
Kemana perginya semua kini ?

Tak ada lagi birunya samudera
Tempat para ikan sambut hari dengan berdansa
Tak ada lagi taman yang rindang
Tempat persinggahan para burung berdendang

Semua terhapus dengan adanya pencakar langit menjulang
Semua kian menghilang karena galian yang panjang
Semua berlalu pergi dengan tercemarnya anak sungai
Dan semuanya akan menjadi kenangan dalam hati

Hingga pada akhirnya....
Alam yang semula diam....
Kini meraih angkaranya....
Hingga semua akan menjadi mencekam...

Dengan sapaan puting beliung
Alam buat semua menjadi gaduh
Dengan sentuhan lembut tsunami tragis
Semesta buat semua jadi riuh dalam tangis
Dengan rajutan longsornya....
Persada buat semua terendap haru dijiwa
Dengan dekapan hangat galunggung
Semua menjadi berkabung

Siapa yang harus dipersalahkan ?
Aku, kamu, mereka atau kita semua ?

Dawai kemajuan zaman yang melengking
Membuat semua hanya diam duduk mengangkang
Melupakan adab yang beradab dalam norma
Hingga larut dalam hiruk-pikuk menelangsa

Tidakkah engkau jenuh akan topeng ini ?
Atas dasar apa renggut kemerdekaan yang katanya telah merdeka ?
Untuk apa engkau lakukan seperti ini ?
Hanya untuk mengejar simbolisasi yang tak abadi di dunia ?

Tak bosankah dirimu....
Melihat alat berat yang menggusur rumah mereka ?
Tak risihkah telingamu....
Mendengar lirih terus meratap dalam derita

Kini modernisasi dengan teknologi tinggi
Jangan buat itu menjadi bencana global bagi kaum minoritas
Harusnya itu menjadi hawa surga bagi sesama anak negeri
Bukan malah tersingkir pada tepian zaman karena penindas




Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150111615840711

Tidak ada komentar:

Posting Komentar