Selasa, 21 Februari 2012

MetroPolis


Dalam pendaran warna bercengkrama asa berkembang
Semua menjadi riuh walau tak tampak ricuh mengekang
Dari embun yang mulai sirna hingga kembali mengambang
Lupakan waktu saat berjibaku demi impian terkembang



Terkadang semua dalam batasan yang begitu tipis
Rentan, samar dan dibuat tidak menjadi terlalu jelas
Dalam makna tersirat dan tersurat membekas miris
Dulu disakralkan tapi sekarang hanya sebatas mitos
Kehidupan menjerat dalam ketabuan metropolis yang narsis

Kota kecil dan besar hanya sebatas nama
Gaya dan trend tak akan mau kalah walau sedikit memaksa
Dalam anggun rengkuhan yang liar mengincar
Hingga tanpa sadar dapat dengan cepat menular

Kepulan asap tembakau yang mengudara
Tak akan memberi jawab atau pun akan bertanya
Ketika dengus nafas memburu bercumbu membara
Melupakan tentang asa hanya rasa puas itu yang utama
Walau mengukurnya dengan jumlah rupiah



Liuk lidah dalam gelora memang nyata tak bertulang
Tanpa sedari membuat terhenyak dan mengangkang
Entah itu kebutuhan dasar atau kewajiban
Semua merajut dalam nafsu kesemuan

Kubangan itu menjerat dengan erat
Tanpa banyak bicara mengikat tanpa isyarat
Semua jalan ditempuhi dalam manis kata berbisa seteru
Dan maya nyata merona pada sebingkai cermin retak berdebu



Hei... Lihat siapakah disana...
Itu aku atau engkau atau malah kita semua
Yang mengulum manis mahkota keperkasaan fatamorgana
Yang menitikkan pada sentuhan sensual binal tanpa keluh
Tapi mengapa mereka datang, berkencan dan akhirnya kalah...


Sumber : 
http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150293911645711

Tidak ada komentar:

Posting Komentar