Bercerita pada angin dan awan akan rasanya
Berbicara dalam bahasa yang tak dimengerti oleh tubuhnya
Dan tersenyum dibalik berjuta asanya yang miris
Hingga pada penghujung hari yang akan berganti
Terlihat lelaki itu terlanjur renta dengan harapan patah
Jejaki dalam kais membungkus mimpi yang telah menjadi serpih
Tanpa siapa tahu hatinya pilu dalam harga diri yang terinjak mati
Aku tak mengerti akan smua itu
Hingga terlintas gamang dalam memandang lamur
Karena ada sahaya berlagak menjadi raja dan bertitah pula
Bertindak sesukanya dalam kidung sepi keramaian semu
Hingga tak terlepaskan dan lupakan semua termasuk umur
Apa yang dipikirkan Lagak Sang Raja yang tak miliki mata hati
Bernuansa magis berkata demi dan untuk semua jika saya menjadi
Tapi apa yang mereka inginkan ketika tujuan telah terwujud
Dengan sakralnya basuh diri dengan air mata dan darah dalam sujud
Dari para sang suami yang mendekati mati karena sebuah keputusan
Apa yang dipikirkan Lagak Sang Raja sebenarnya
Dengan anggun bermahkota yang mendengus nafsu memburu
Terpedaya dengan semua ingin dan harap ambisi tempuhi segala cara
Tanpa peduli sekitarnya meringgis menangis dalam ratap haru
Ketika anak menangis mencari susu pada dada ibu yang rasa tembakau
Selepas sang ibu pulang menjajakan diri untuk makan hari ini
Hei kau yang disana...
Matamu jalang menatap sinis dan setelah itu seolah tak melihat
Cuma karena kau tak jalani getirnya memandikan anak dengan air mata
Dan karena kau tak mencoba perihnya suapi anak dengan darah sendiri
Hingga dengan tabir seolah hanya engkau yang benar menurut yakinmu
Sedangkan kau pun bertuah agama dengan gaya bourjuasi iming pamrih
Entahlah aku yang gila atau kau yang gila
Tentunya kalau aku gila itu sudah sedari dulu tanpa ragu
Sedangkau kau bermuka memelas seolah waras tapi malah lebih buas
Hingga binatang paling buas pun tertunduk malu dengan angkuh bejatmu
Karena sadarmu gagahi pertiwi yang telah besarkanmu dalam pangkunya
Tapi engkau balas dengan menguras semua sisi hingga kehilangan sudut
Andai saja aku bisa merubah semua cerita menjadi kisah bahagia
Mungkin tak akan ada tangis malam menjelang pagi dan pagi lagi
Sayangnya aku tak beda seperti mereka yang ada disana
Tapi akan datang dengan segera laksanakan kutuk hukum fana
Cuma itu yang kau ajarkan untuk kami belajar bertahan hidup
Karena hari hisab pun akan menuntun manis untuk kita semua

Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150446456050711
Tidak ada komentar:
Posting Komentar