Kamis, 22 Maret 2012

~ Larung Cintaku Dalam Pusara Cintamu ~

Perjalanan waktu yang ceritakan kisah lalu
Hingga membawaku kembali pada masa itu
Masa yang ada cinta antara kita merenda asmara hati
Dan masa yang selalu ku rindui tapi tak kunjung kembali



Kala itu kita menganyam mimpi dalam tikar impian
Mengemas kokoh dalam tembikar yang sajikan janji
Hingga tawarlah resah memikul beban jejak lelaku diri
Terbitkan nuansa suka cita dalam genggaman ikatan

Memuisikan kasih dalam beranda sematan pasti
Beratap satu payung setara embun membungkus gamis
Hingga hujan pun gugur menikahi anak bumi
Dan mengurai manik menjadi titian pada jejari manis

Kesempurnaan hati adalah dengan cahaya senyummu
Yang sambutku kala peluhku mengais bumi tak rasa ringkih
Hingga kuasa cinta mengimami gerai sejadah bukan sedari nafsu semu
Tapi tulus dalam sulaman doa yang menasbihkan kecintaan kasih

Indah masa tak kuasa bertahun berlalu sekelip mata
Hingga kuasa cintaku terbelah karena bilur tetes sudut matamu
Kala engkau meminta cintamu kembali dari hatiku
Dalam peluk selaksa petir yang membelah benamkan jiwa tiada bermuara

Mengapa engkau meminta cintamu dari hatiku
Bukannya hati ini telah ada untukmu tanpa diminta
Tapi mengapa engkau membawa jauh hatiku
Hingga buat aku mati sebelum ajalku tiba

Sadarkah dirimu...
Betapa berat hidupku tanpamu
Walau tak akan ada tangis yang membuat bintang jatuh
Tapi hening membungkus diri yang tiada tersentuh

Tak akan pernah aku jatuh cinta lagi selain kepadamu kekasih
Karena bukan sekedar cinta yang engkau lepuhkan tapi hati pun mati
Andai engkau tahu setelah waktumu berlalu tiada tertahan lirih
Memeluk nestapa disapu derita tak mampu menahan perih yang tiada habis

Mengapa....
Tuhan mengapa...
Aku coba tersenyum dalam luka yang masih berdarah
Bertabur garam yang kian meratap pergimu tiada mengarah



Berkaca diri dalam maya bergading karam biru
Hingga berjuta tanya tiada satu kian terjawab makna
Ini kutukan atau karma Yaa Rabb hingga ku tertatih
Menjadikan aku malu dalam lafaz memohon kepada Pemilik Segala

Budi yang terbias dulu ternyata hanyalah hiasan cuma
Dan mengapa selalu aku yang dipersalahkan
Mengapa tidak mengukur diri sebelum mempersalahkan
Agar sejatinya benar tiada terhalang dalam mendung kuasa

Akhir kata beriring salam senja yang terakhir untukmu
Biarkan gurindam ini menekuk luruh urat nadiku yang terkemas rejam
Tak akan aku tanya kembali sentuhan yang telah menghilang menjauh
Semoga kelak tempat labuhmu bukan semu dalam satu yang pasti bersauh
Agar tiada rasa yang mengurai seperti ini karena inginmu bukan inginku



Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150518980110711

Tidak ada komentar:

Posting Komentar