Terawal maaf dan terakhir maaf
Hingga tak redakan walau dunia mengaku mengkhilaf
Sedari berkenduri bunga setaman tiada bermaaf
Hingga ritual risalah mulai tiada termaaf

Semua hanya bermain pada aksara seolah berarah
Garing kata bak berpatah arang tak terlarang
Lecuti kalimah mendulang riuh berkubang darah
Hingga tiada asa rasa bertunggang bahasa ilalang
Hei kau...
Kemarilah dan beradalah ditempatku
Nikmatilah hujam lidah laksana belati berkarat menjadi sekat
Dan coba nikmati bagaimana menanam hati mati yang terikat
Kenapa berlari...
Waktumu belum terlalu lama rasakan yang aku rasakan
Hingga peluh melepuh seolah telah berpuluhan tahun
Sedangkan aku hanya sekedar seumur hidup didalamnya tak bertepi
Bukan kaki menggapai pelangi dan berindang ingin
Sedangkan jejari mengutuk lentik jemari yang terenggut
Dengan kisah merajuk dalam pasang tersurut
Tak punahkan titian dendang yang kian berlalu bersama angin
Lucutilah pangkal dari topeng bukan sesaji tak beriak
Agar dampak mulai tampak walau akan terinjak
Sadari diri yang kini bukan bayu yang ingin mulai berarak
Hanya coba semati serpihan yang telah terserak
Jangan pernah menilai atau lebih mengenal diri yang tiada bernaung
Sedangkan lafazmu lirih tiada bersambung dan tiada berujung
Karena luka yang merejam telah beranak pianak hingga resah bergulung
Tutuplah segera agar tiada angkara yang mulai akan tak berpandang
Maaf....
Terawal maaf dan terakhir maaf
Hingga tak redakan walau dunia mengaku mengkhilaf
Sedari berkenduri bunga setaman tiada bermaaf
Hingga ritual risalah mulai tiada termaaf

Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150562680500711
Tidak ada komentar:
Posting Komentar