Gumam dalam gurindam malam bersabda
Tangisan hati tiada bahana tanpa terniat
Ketika diri digagahi karena petaka
Dalam kesendirian yang keseorangan ini
Aku lihat semua dalam resapan asa terbiar
Bagaimana tidak menggebu jika kian menjadi
Ketika hardik itu mengumpat dalam sembilu
Bukan aku tak sudi bersama berdampingan
Karena iringan jalan berbeda tanpa haluan
Tapi ada dan tiada diri merebak penggalan musim cerita
Walau aku tahu bersungguh benar hasrat jiwa
Lihatlah aku disini...
Mentariku tak lagi tawarkan hangatnya dalam hari
Rembulanku pun mengeluh pilu kian merintih
Pada ujung usia yang tertatih mulai meringkih
Tahukah engkau ini semua karena siapa ?
Sadarkah engkau ini ulah siapa ?
Apakah insan terlupa akan syukur ?
Ataukah selalu menyalahkan nasib bertakdir ?
Tak ada siapapun yang berhak mendapat salah
Karena abdi ini yang berada dalam waktu yang tersalah
Biarkanlah aku menjadi batu dalam busana arca khatulistiwa
Tapi dewi khayalanku tak akan surut pantang tertasbih rasa
Akan aku semat dalam noktah ikrar ikatan tawaran mati
Dan aku tak akan pernah beranjak walau sejengkal dari kaki
Walau luka tiada lagi terobati dalam pangkuan terlemah ini
Jika Tuhan mengizinkan...
Aku inginkan engkau jadi yang pertama dan terakhir terlihat kala lena memanggilku
Biarlah aku dekap hingga tangan tak berdaya tanpa uraian air mata haru
Aku lumuri dengan doa kala semua bermain dalam mimpi yang mulai berakhir
Hingga usia menutup dalam goresan ketentuan Sang Pencipta tanpa terbata dibibir
Tuhan...
Ajarkanlah diri ini bijaksana
Agar dapat memetik segala hikmah dalam titian ujian
Ampuni hamba dalam dosa berlumur tiada berasa
Hingga kala menutup mata kelak dapat berguna diakhir cerita

Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150202850155711
Tidak ada komentar:
Posting Komentar