Berdansa keseorangan dalam celoteh berima
Mengais dalam gamang canda terdalam
Mengiris gerimis pada kedalaman rasa
Hingga melahirkan berjuta tembang bungkam
Mengapa ?
Tarian hujan menggarisi pada sudut mata
Dengan hangatnya jatuh pada sudut bibir membiru
Hingga pada penghujung rasakan haru
Kenapa baru sekarang ?
Katika kepak rasa telah menjadi asa menjulang
Engkau patahkan dengan senandung miris
Hingga kini aku kian dalam melepuh dalam rapuh
Tangis terakhirku untuk sesuatu yang membatu
Dia tahu tapi tiada pernah mengaku
Karena batu adalah arca hanya ucap sapa bak sembilu
Dicerna otak yang tak mau berlalu
Jika salah harus dirasa
Kenapa engkau yang terakhir menampar hatiku
Membiaskan rona perlahan mulai terbiar
Membungkus rasa yang terasa mulai tersia
Satu rapuh sedang dikokohkan
Tapi sekejap engkau robohkan
Porak poranda sesal kian menggunung dalam dada
Tak akan dibayar dengan apapun hingga sisakan duka

Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150372827420711
Tidak ada komentar:
Posting Komentar